REFORMASI MASIH BERLANGSUNG ATAUKAH HANYA SLOGAN BELAKA? (Adhi Muhammad Daryono)


            Reformasi merupakan kata yang tidak asing lagi di telinga kita sejak satu dekade terakhir. Berasal dari kata reformation re- berarti mengulang kembali, dan formation berarti formasi atau bentuk. Reformasi bisa diartikan sebagai membentuk kembali atau merubah bentuk kembali dari bentuk yang sudah ada ke bentuk yang baru yang jauh lebih baik dari bentuk sebelumnya.

            Tiga belas tahun berlalu perjalanan remormasi di negeri ini bergulir. Ditandai dengan runtuhnya rezim Orde Baru yang dikuasai oleh Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998. Seakan menjanjkan sebuah perubahan yang sinifikan ke arah yang lebih baik setelah lengsernya penguasa Orde Baru. 
            Para mahasiswa menuntut suatu perubahan dalam berbagai bidang kehidupan di negeri ini. Mereka sudah tidak percaya lagi pada pemerintahan rezim orde baru yang sudah dipenuhi dengan KKN (Korupsi,Kolusi,Nepotisme), pelanggara HAM selama 30 tahun lebih dilakukan oleh rezim orde baru. Kebebasan dibungkam, kekritisan media dibredel.          
            Lalu apa bedanya denga saat ini? Yaa... kebebasan memang kita rasakan saat ini. Kebebasan pers, kebebasan sipil untuk berbicara mengkritisi pemerintah. Tapi, itu hanya sebagian kecil hasil reformasi yang terlaksana hingga saat ini. Masih banyak ‘pekerjaan rumah’ yang belum selesai dituntaskan dari sejak zaman orde baru.
            Bahkan  hingga saat ini penderitaan makin menjadi-jadi. Korupsi , suap, merajalela di semua instansi pemerintahan. Pelanggaran HAM kian marak. Reformasi bukan menghasilkan perubahn ke arah yang lebih baik kepada sebuah harapan , tapi malah sebaliknya yang kita dapatkan saat ini.
           
            Yaa... saat ini kita rasakan kebebasan. Tapi, lebih menyedihkan lagi kebebasan melanggar HAM lebih banyak dan masih sering terjadi di negeri ini khususnya yang berbau SARA. Yaa.... kita merasakan kebebasan pada hari ini, tapi lebih menyedihkan lagi para anggota DPR dengan bebasnya pergi ke luar negeri dengan dalih studi banding padahal di sana dipermalukan oleh para pelajar dan mahasiswa kita.  Yaa... sekarang kita bebas , tapi lebih menyedihkan lagi para pejabat kementerian dengan bebasnya melalukan suap dan korupsi, mentang-mentang menterinya berasal dari partai penguasa jadi segala urusan suap-menyuap begitu mudah.
            Hmmmm..... ternyata negeri ini penuh dengan masalah. Jadi, apa hasil dari reformasi jika negeri ini terus dilanda masalah klasik warisan orde baru?  Kalau begitu untuk apa adanya reformasi jika bentuknya hampir sama dengan orde baru? Percuma perjuangan mahasiswa 1998 yang telah menekan korban, reformasi hanyalah menjadi sebuah slogan belaka dan kita peringati tiap tahunnya di bulan Mei. Peringatan reformasi tanpa adanya sebuah gerakan riil, nyata yang melandasi reformasi itu sendiri.
            Apalagi ditambah dengan liberalisasi dan kapitalisasi di bidang ekonomi. Belum cukup dengan free port yang diberikan dengan cuma-cuma kepada pihak asing pada masa orde baru, tentunya pihak asing tersebut tidak segan-sagan mengeruk kekayaan emas di tanah Papua.
            Pengusa lebih memihak pada kapital asing yang bemodalkan berkantung-kantung dolar, tidak berpihak pada jelata yang setiap hari terus menangis dan menjerit karena terlindas kapitalisasi di negeri ini. Kantung-kantung berisikan puluhan ribu dolar yang berasal dari asing pada akhirnya masuk juga ke perut-perut penguasa yang buncit-buncit karena sudah terlalu banyak menimbun uang haram.
            Apakah itu yang disebut dengan reformasi? Reformasi ditengah masalah-masalah klasik warisan orde baru yang masih menjadi suatu kebiasaan di kalangan penguasa. Mungkin untuk saat ini reformasi hanya memperingati keruntuhan rezim Soeharto saja, tanpa melakukan sebuah gerakan yang benar-benar reformasi, perubahan sistem yang bobrok ke sistem yang membawa harapan kesejahteraan untuk rakyat dan negeri ini tentunya.  

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar